lensa fixed atau juga biasa disebut dengan lensa prime. Lensa ini memiliki satu focal lenght, sehingga tidak mampu untuk dilakukan zooming. Satu focal lenght saja merupakan keunggulan bagi lensa fixed, sebab dengan begitu ia memiliki bukaan diafragma yang amat besar

Kami akan memperkenalkan beberapa tips dalam memilih lensa fix yang bagus. Pastikan Anda memperhatikan hal-hal penting, seperti ukuran sensor, focal length, nilai aperture, dan lainnya.

Perhatikan jenis kamera beserta ukuran sensornya

Saat ingin membeli lensa fix, cek terlebih dahulu jenis kamera yang saat ini Anda gunakan. Kamera DSLR dan mirrorless tentunya memiliki dudukan lensa yang berbeda. Meski demikian, lensa untuk kamera DSLR dapat dipasang pada kamera mirrorless. Namun, untuk memasangnya Anda akan membutuhkan adaptor lensa. 

Selain menyesuaikan dengan jenis kamera yang digunakan, perhatikan ukuran sensor kamera Anda. Di pasaran, terdapat tiga jenis sensor pada kamera, yaitu Micro Four Thirds, APS-C dan full frame. Namun, lensa dengan ukuran sensor Micro Four Thirds sendiri sangat terbatas dan sudah jarang digunakan. 

Lensa full frame memiliki tangkapan layar yang lebih besar dibanding APS-C. Hal yang membedakan lagi adalah dari segi bobot. Umumnya, lensa full frame lebih berat dibanding lensa APS-C. Jadi, pastikan Anda tidak salah saat memilih lensa fix, ya!

Pilih berdasarkan focal length

Kebutuhan fotografi setiap orang tentunya berbeda-beda. Hal inilah yang membuat produsen kamera mendesain banyak lensa dengan focal length yang beragam. Focal length merupakan kemampuan lensa kamera untuk melihat dan merekam objek gambar. Nah, lensa fix dengan focal length berapa mm yang cocok untuk Anda? 

  • 16 mm dan 18 mm: Pas untuk fotografi lansekap

Lensa fix dengan focal length 16 mm dan 18 mm memiliki perspektif yang mirip dengan lensa ultrawide. Lensa ini sangat cocok untuk memotret objek gambar dengan cakupan yang luas, seperti alam, interior ruangan, atau kumpulan manusia. Mengingat focal length-nya pendek, saat memotret Anda harus mendekat pada objek gambar.

  • 24 mm dan 35 mm: Untuk human interest dan fotografi jalanan

Jika Anda menyukai genre human interest dan street photography, lensa berukuran 24 mm dan 35 mm adalah pilihan tepat. Dapat dikatakan juga bahwa lensa ini sangat fungsional untuk dibawa sebagai daily lens

Lensa fix ini juga dapat digunakan dalam ruang sempit. Artinya, jarak antara lensa dengan objek foto bisa cukup dekat. Lensa berukuran 24 mm dan 35 mm umumnya juga memiliki aperture yang besar sehingga memungkinkan untuk memberikan efek bokeh. 

  • 50 mm dan 55 mm: Cocok untuk membuat konten video

Lensa 50 mm dan 55 mm merupakan jenis lensa fix yang paling umum digunakan oleh fotografer pemula dan profesional. Jika Anda berada di tempat yang sempit, area yang dapat dipotret kemungkinan akan mengalami crop yang banyak. Jadi, ada baiknya Anda menggunakan lensa fix berukuran 50 mm dan 55 mm di area yang luas

Umumnya, lensa ini digunakan untuk mengabadikan momen penting seperti pernikahan. Selain itu, rata-rata lensa 50 mm dan 55 m memiliki aperture yang besar sehingga sering digunakan untuk mendokumentasikan video. Dengan lensa ini, Anda bisa melakukan perekaman secara detail pada objek gambar

  • 85 mm: Ideal untuk foto portrait

Saat Anda menggunakan lensa fix 85 mm, jarak yang paling ideal untuk memotret objek gambar adalah minimal 3 meter. Dengan begitu, lensa ini cocok untuk Anda yang kurang nyaman jika mengambil gambar dari dekat, khususnya dalam fotografi portrait. Lensa 85 mm juga dapat Anda gunakan untuk memotret secara close-up, misalnya tampak bagian mata atau bibir saja

Cek nilai aperture lensa

Aperture merupakan bukaan diafragma pada lensa yang berfungsi untuk menangkap cahaya ke dalam sensor. Nilai aperture pada lensa ditunjukkan dalam satuan huruf “F” yang diikuti angka. Makin kecil angkanya, makin banyak cahaya yang dapat ditangkap

Sebagai contoh, lensa dengan aperture F/1.8 dapat menangkap cahaya lebih banyak dibanding lensa dengan aperture F/2.2. Aperture pada lensa juga dapat menentukan bokeh atau tidaknya background gambar. Jika Anda menyukai efek bokeh yang maksimal, pilihlah lensa dengan nilai aperture kecil

Cek jenis dudukan lensanya

Dudukan lensa atau yang disebut dengan mount kamera adalah poin penting yang harus dicek. Jika Anda telanjur membeli lensa yang tidak sesuai dengan dudukan pada bodi kamera, lensa tidak dapat terpasang. Pasalnya, setiap merek dan jenis kamera memiliki dudukan atau mounting yang berbeda. 

Untuk memudahkan Anda dalam memilih lensa fix, silakan simak ulasan berikut ini. 

  • E-Mount: Merupakan dudukan lensa pada kamera mirrorless Sony. Untuk mirrorless Sony dengan sensor full frame, lensa akan diikuti huruf FE. Sementara untuk kamera mirrorless Sony dengan sensor APS-C, lensa diikuti kode E. 


  • X-Mount: Merupakan dudukan lensa untuk kamera mirrorless Fujifilm


  • EF-Mount: Dudukan lensa untuk kamera DSLR Canon dengan sensor APS-C

  • RF-Mount: Jenis dudukan lensa pada kamera mirrorless Canon.


  • F-mount: Dudukan lensa untuk kamera DSLR Nikon

Perhatikan kecepatan AF (autofocus)

Umumnya, fitur autofocus sudah terpasang pada setiap bodi kamera. Namun, jika Anda lebih banyak memotret objek gambar bergerak, fitur autofocus pada lensa tentu sangat dibutuhkan. Dengan adanya fitur ini, Anda dapat mengunci objek gambar dengan cepat, bahkan saat objek gambar bergerak. 

Fitur autofocus pada lensa juga akan memudahkan Anda saat pengambilan gambar dengan mode burst. Dengan bantuan fitur autofocus, gambar yang dihasilkan tentunya akan bebas dari risiko blur. Untuk itu, cek secara detail spesifikasi pada lensa yang akan Anda pilih. 

Periksa ketersediaan fitur stabilisasi gambar

Selain ditentukan oleh kecepatan autofocus, kejernihan foto juga ditentukan oleh fitur stabilisasi gambar atau Image Stabilization (IS). Terlebih lagi saat Anda memotret tanpa bantuan tripod, risiko gambar blur mungkin saja terjadi. Untuk meminimalkan risiko foto yang blur akibat guncangan, pertimbangkan memilih lensa fix yang dilengkapi stabilisasi gambar. 

Fitur stabilisasi gambar juga sangat dibutuhkan ketika Anda memotret dengan kondisi low light. Jika Anda menaikkan ISO, risiko noise mungkin saja terjadi. Jadi, ada baiknya Anda menggunakan kecepatan rendah. Dengan begitu, memotret pada kondisi low light akan lebih mudah. Bahkan saat Anda melakukan perekaman video, fitur stabilisasi gambar memungkinkan Anda untuk mendapatkan video yang lebih halus.

Demikian lah pembahasan singkat mengenai cara-cara yang bisa kalian lakukan untuk melakukan pemasaran produk di media sosial, perbanyak membaca karna dengan membaca dapat menambah wawasan temen-temen.

Dan bagi teman-teman yang ingin membuat buku tahunan, undangan, brosur, dan yang lainnya bisa langsung menghubungi kami, kami Retina Production membantu siap teman-teman semua, mulai dari desain sampai hasil yang memuaskan sampai di tangan kalian.


Demikian artikel ini kami buat referensi akurat yang telah kami analisa dan ringkas kembali sehingga dapat dibaca serta bermanfaat untuk para pembaca.

Hubungi  Retina Production  jika membutuhkan jasa/layanan di bidang multimedia.

Retina Production , “Kami Jadikan Momen Anda Abadi Selamanya”

Kontributor :  Ricki Wahyu